Dari materi yang diberikan. Kita
dapat menyimpulkan bahwa pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah pasar yang paling baik
untuk alokasi sumber daya melalui pertukaran (exchange). Namun salah satu
asumsi dasar pembahasan dimuka adalah barang yang dipertukarkan merupakan
barang privat ( private goods), yang memiliki sifat rival (rivalry) dan
eksklusif (exclusive atau excludable).
Sifat rival artinyasuatu barang tidak
dapat secara bersamaan (simultan) tanpa saling meniadakan manfaat. Sehelai baju
bersifat rival; bila Amir telah memakai baju tersebut, maka Banu tidak dapat
memakainya pada saat yang bersamaan. Banu tidak mendapatkan manfaat karena dia
tidak dapat mengonsumsi baju tersebut. Jika Banu memaksakan diri, mungkinbaju
tersebut akan terkoyak dan keduanya akan
kehilangan manfaat dari baju, barang bersifat rivaladalah juga bersifat dapat
dibagi-bagi (divisible).
Sifat eksklusif artinya untuk dapat mengonsumsi
barang tersebut diperlukan syarat, misalnya harus membayar (seperti jalan tol)
harus menggunakan kendaraan beroda empat atau lebih. Baju dalam contoh diatas
mempunyai sifat eksklusif, sebab Amir memperolehnya dengan membeli. Jika Amir
tidak mau membayar atas baju tersebut, dia ’’dikeluarkan’’ dari pasar.
1.
Karakteristik
barang pasar
Teori diatas tidak berlaku jika barang yang dipertukarkan
memiliki sifat non rival dan non eksklusif. Pendidikan tinggi yang
diselenggarakan Universitas Indonesia, misalnya apakah mempunyai sifat rival
dan eksklusif? Munkgkin saja tetapi kadarnya tidak semurni baju. Sebab dalam
proses belajar dikelas, seorang dosen bisa sekaligus mengajar lebih dari satu orang dan semuanya merasakan
manfaat. Jadi sifat rivalnya berkurang. Tidak semua mahasiswa yang belajar di
kelas membayar dari kantong pribadinya, sebab sebagian besar biaya pendidikan
berasal dari subsidi. Sifat eksklusifnya juga berkurang.
Barang-barang yang dinamakan barang publik
(public goods) karena mempunyai sifat non rival (non rivalry) dan non eksklusif
(non exclusive), ialah yang menikmati fasilitas panti jompo dan anak-anak
adalah mereka yang tidak membayar, karena tidak mampu. Pelayanannya juga tidak
rival,karena dapat dinikmati secara bersamaan (joint consuption).
a.
Bersifat non
rival
Barang
yang bersifat non rival adalah barang yang dapat dikonsumsi bersamaan pada
waktu yang sama (joint consuption), tanpa saling meniadakan manfaat. Misalnya
Kebun Raya Bogor mempunyai sifat non rival, karena dapat dinikmati ribuan orang
sekaligus dan semuanys menikmati manfaat.
b.
Bersifat non
eksklusif
Sifat non eksklusif mengandung arti bahwa seseorang tidak perlu membayar
untuk menikmati manfaat barang publik. Contohnya Jalan raya provinsi, demikian
juga TNI dan jasa siaran Televisi Republik Indonesia.
Matrik 14.1
Klasifikasi
Barang
Sifat
barang Eksklusif Non
eksklusif
Rival Barang
privat (private Goods) Barang
publik semu
Non Rival Barang
publik semu Barang publik
Dari matrik
diatas kita melihat ada barang publik semu (quasy public goods). Dikatakan semu
unsur privat dan publik ada dalam satu barang. Dua kemungkinan barang publik
semu adalah:
a. Bersifat rival, tetapi non eksklusif
Artinya barang
ini tidak dapat dikonsumsi secara bersamaan (rival), namun untuk menikmatinya
tidak harus membayar (non eksklusif). Konsultasi siswa yang dilakukan guru
pembimbing di sekolah, cukup baik untuk dijadikan contoh. Untuk menjaga
kerahasiaan dan kebebasan berbicara maka konsultasi tidak dapat dilakukan
brsamaan (bersifat rival), tetapi untuk konsultasi siswa tidak perlu membayar
(bersifat non eksklusif).
b. Bersifat non rival, tetapi eksklusif
Barang ini dapat
dikonsumsi bersamaan (non rival), tetapi untuk menikmatinya harus membayar,
contohnya angkutan penumpang bus kota.
Suatu barang
dikatakan barang publik bukan karena wujudnya, malainkan sifatnya dalam
dikonsumsi. Karena itu suatu barang sekaligus merupakan barang privat dan
barang publik dilihat dari sifat pada saat mengonsumsi barang tersebut. Siaran
televisi swasta Indonesia, dilihat dari sisi penonton adalah barang publik,
tetapi dilihat dari sisi pemasang iklan merupakan barang privat. Dalam dunia
nyata jarang sekali barang yang bersifat publik atau privat 100%, kebanyakan
bersifat publik semu, dengan derajad kesemuan yang berbeda-beda.
2.
Efisiensi
penyediaan barang publik
Karena sifatnya, pengadaan barang publik
tidak tidak dapat dilakukan melalui mekanisme pasar persaingan sempurna. Namun
demikian secara teoritis, penyediaan barang publik dapat efisien bila kita mengetahui
permintaan dan penawarannya.
3.
Masalah-masalah
dalam penyediaan barang publik
Ada beberapa masalah pokok dalam penyediaan barang publik.
a.
Pengukuran permintaan barang publik
b.
Pendanaan
c.
Penyediaan dan produksi barang publik
4.
Eksternalitas, Efisinsi, dan Keadilan
Eksternalitas
(externalities) adalah kerugian atau keuntungan yang diderita atau dinikmati
pelaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain, yang tidak tercermin dalam
harga pasar. Jika tindakan pelaku ekonomi yang satu merugikan yang lain,
berarti telah terjadi eksternalitas yang merugikan (diseconomies externality).
Jika sebaliknya, telah terjadi eksternalitas ekonomis atau eksternalitas
menguntungkan (economies externality atau benefit externality). Eksternalitas
yang menguntungkan maupun merugikan menyebabkan pasar tidak bisa efisien.
Tujuan pemerintah
menyediakan barang publik adalah menciptakan aksternalitas ekonomis yang
sebesar-besarnya. Eksternalitas ini akan menyebabkan biaya investasi dan biaya
produksi menjadi murah. Jika aktivitas investasi dan produksi meningkat
diharapkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, stabilitas harga dan daya
saing dalam pasar internasional meningkat.
5.
Pilihan
masyarakat
Kesulitan
menentukan alokasi yang efisien dalam penyediaan barang publik, menyebabkan
masyarakat demokratis menempuh cara pemilihan suara (voting). Cara ini walaupun
tidak sempurna, dianggap paling mewakili aspirasi masyarakat. Aturan umum dari
sistem ini, pilihan yang diambil adalah yang memperoleh suara mayoritas
(majorities rule) atau 50% suara ditambah satu. Secara teoritis kelihatannya
sederhana, tetapi metode ini menimbulkan kesulitan, karena dalam praktik jumlah
pemilih sangat mengagregasi pilihan
individu menjadi pilihan masyarakat. Ketidakmungkinan ini dikenal sebagai teorema
ketidakmungkinan Arrow (Arrows impossibilities theorem), menghormati Kenneth
Arrow sebagai orang pertama yang memikirkannya. Menurut Arrow setidak-tidaknya ada dua alasan
ketidakmungkinan. Pertama, pilihan individu seringkali tidak konsisten (tidak
transitif), apalagi bila pilihan yang dibandingkan makin banyak. Kedua, adanya
kelompok yang mendominasi dan mampu memaksakan kehendaknya kepada masyarakat
banyak (dictatorship), sehingga pilihan walaupun secara legal merupakan pilihan
rakyat, tetapi sebenarnya pilihan segelintir kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar