BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teori uang dari Keynes adalah bagian
dari teori ekonomi makronya yang dituagkan dalam bukunya General Theory yang
sngat berpengaruh itu. Meskipun bias dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah
teori yang bersumber pada teori Cambridge, tetapi Keynes memang mengemukakan
sesuatu yang betul-betul berbeda dengan teori menurut tradsi klasik. Pada
hakekatnya perbedaan ini teerletak pada penekanan oleh Kaynes pada fungsi uang
yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of
change.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa itu definisi teori Keynes dan perbedaanya dengan
teori Klasik
1.3
Tujuan
·
Mengetahui Teori Keynes dan perbedaanya dengan Teori
Klasik
BAB II
Pembahasan
Permintaan
akan uang menurut Teori Keynes
Keynes
membedakan 3 motif :
1. Transaction
motive (Motif Transaksi)
2. Precautionary
motive (motif berjaga-jaga)
3. Speculative
motive ( Motif spekulasi)
1.Motif Transaksi dan
Berjaga-jaga
Motif ini timbul karena uang digunakan untuk
melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan.
(MDt = f(Y),
Artinya
semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang
diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.
Keynes juga membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran-pembayaran
yang tidak regular atau yang diluar rencana transaksi normal, misalnya untuk
pembayaran keadaan-keadaan darurat
seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran yang tidak terduga lain. Motif
ini disebutmotif berjaga-jaga.Orang akan mendapat manfaat dari memegang uang
untuk menghadapi keadaan yang tak terduga tersebut, karena sifat uang yang
likuid, yaitu mudah untuk ditukarkan dengan barang-barang lain. Menurut Keynes
permintaan akan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh factor
–faktor yang sama dengan factor-factor yang mempengaruhi permintaan akan uang
untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan orang
tersebut, dan munhkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga.
2. Motif Spekulasi
Pada
motif ini sesuai dengan namanya, motif dari pemegangan uang ini adalah untuk
memperoleh keuntungan yang bias diperoleh seandainya si pemegang uang tersebut
meramalkan apa yang terjadi dengan betul.
Pada
garis besarnya teori Keynes membatasi
pada keadaan dimana pemilik kekayaan bias memilih memegang kekayaannya dalam
bentuk uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan
penghasilan, sedangkan obligasi dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah
uang tertentu disetiap periode. Dalam teori Keynes dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu
penghasilan berupa sejumlah uang
tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity). Tetapi
meskipun khusus obligasi semacam ini yang dibicarakan dalam model Keynes
sebagai sebagai Alternatif dari pemegangan kekayaan dalam bentuk uang tunai,
hal ini tidak mengurangi validitas teori Keynes untuk kasus dimana obligasi
tidak berbentuk perpuity, yaitu yang hanya memberikan aliran penghasilan sampai
tanggal jatuh temponya, ataupun dimana ada surat-surat berharga lainnya.
Untuk
memperjelas bagaimana unsure spekulasi masuk dalam pemilihan antara memegang
uang dan obligasi, kita perlu mempertegas pengertian obligasi. Obligasi yang
memberikan aliran penghasilan setiap tahunnya, misalnya Rp. 6.000,- untuk
selama-lamanya mempunyai nilai sekarang tidak lebih dari Rp. 100.000,- bila
tingkat bunga yang berlaku adalah 6%
tiap tahun. Atau sama halnya apabila kita mempunyai uang sebesar Rp. 100.000,- dan tingkat bunga yang berlaku adalah 6%
setahun, maka kita bias memperoleh penghasilan
bunga sebesar Rp. 6.000,- per tahun untuk selama-lamanya bila uang tersebut kita simpang di bank atau kita pinjamkan selama-lamanya (dengan
anggapan tingkat bunga tetap 6% ). Jadi harga (atau nilai sekarang) dengan
obligasi perpetuity yang memberikan hasil Rp. 6.000 akan mendekati Rp.
100.000,- bila tingkat bunga yang berlaku
adalah 6% per tahun atau Rp. 150.000,- Bila tingkat bunga 4% per tahun,
atau Rp.200.000,- bila tingkat bunga 3 % setahun dan seterusnya. Secara umum
bias ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
K =
Rp…………………… (1)
Dimana K adalah hasil pertahun yang diterima (Rp. 6.000,-
dalam contoh diatas), R adalah tingkat bunga, dan P adalah harga pasar (atau
nilai sekarang) dari obligasi perpetuity tersebut. Persamaan tersebut juga bias
ditulis sebagai
P = …………………….
(2)
Yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar
obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga R. Bila tingkat bunga
turun, maka berarti harga pasar obligasi naik, dan sebaliknya bila tingkat
bunga naik berarti harga pasar obligasi turun.
Ada 4 kemungkinan keadaan yang biasa terjadi :
1. Bila
tingkat bunga yang diharapkan turun, maka orang lebih suka memegang obligasi,
karena kekayaan dalam bentuk obligasi memberikan interest income (K) dan
kemungkinan capital again.
2. Bila
tingkat bunga diharapkan naik tetapi kenaikan tingkat bunga tidak terlalu besar
sehingga interest-income (K)yang diperoleh masih besar dari kemungkinan
capital-loss yang diharapkan, maka orang masih lebih baik memegang obligasi
daripada uang tunai. Uang tunai tidak memberikan penghasilan apa pun, tetapi
obligasi masih menghasilkan penghasilan sebesar K minus capital loss yang
diharapkan.
3. Bila
tingkat bunga diharapkan naik cukup besar, sehingga capital loss yang diharapkan lebih besar dari
interest-income (K), maka akan lebih baik baginya untuk memegang uang tunai,
karena memegang uang tunai tidak dibebani kerugian, sedangkan memegang obligasi
menghasilkan kemungkinan kerugian besar capital loss yang diharapkan minus K
4. Bila
tingkat bunga diharapkan naik tetapi besar kenaikan tersebut menghsilkan
capital-loss sama dengan interest-income (K), maka dalam hal ini tidak menjadi
soal apakah pemilik kekayaan tersebut memegang uang tunai atau obligasi,
keduanya membebani kerugian nol.
Ú Kesimpulan
teoritis tentang motif spekulasi dari Keynes adalah: pada waktu tingkat bunga
tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat untuk motif spekulasi sedikit,
sedangkan pada waktu tingkat bunga rendah jumlah uang yang dibutuhkan
masyarakat untuk motif spekulasi besar. Berarti tingkat bunga dan motif
memegang uang untuk spekulasi mempunyai hubungan terbalik
3. Motif transaksi (transaction
motive),
motif ini timbul karena uang digunakan untuk
melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya
permintaan uang untuk tujuan transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat
pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan
yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami
peningkatan demikian sebaliknya.
Perbedaan Teori Moneter Klasik dan Teori Moneter Keynes
Klasik :
1. Menganggap
nilai uang adalah stabil
2. Menolak
anggapan bahwa fenomena- fenomena moneter sebagai variabel yang sanggup
mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan
3. Adanya
tambahan jumlah uang beredar tak akan mempengaruhi sektor riil (Classical
Dichotomy).
4. Permintaan dan penawaran uang menentukan tingkat harga
umum.
5. V dan T dianggap tetap dan hanya
dipengaruhi faktor-faktor non moneter
6. Adanya
hubungan langsung antara kelebihan uang tunai dimasyarakat dan kecenderungan
perubahan harga.
7. Belum
secara jelas memasukkan motif spekulasi untuk permintaan akan uang, yang ada
baru unsur transaksi dan berjaga-jaga.
8. Harapan
perubahan harga dimasa mendatang bukan merupakan factor penting dalam
menentukan besarnya permintaan uang.
9. Berlaku
untuk perekonomian yang sector perekonomiannya belum rumit.
10. Cocok
untuk situasi yang terjadi inflasi dalam waktu yang lama (inflatoir)
11. Fungsi
Permintaan uang mempunyai sifat yang stabil karena VT dianggap berubah secara
lambat, sejalan dengan factor kelembagaan.
12. Lebih
menekankan fungsi uang sebagai Medium of Exchange.
Keynes
:
1. Menganggap
nilai uang adalah tidak stabil.
2. Fenomena-fenomena moneter merupakan variable-variabelyang
dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
3. Tambahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi sektor
riel.
4. Permintaan dan penawaran uang akan menentukan tingkat
bunga.
5. V dan T dapat
berubah-ubah sesuai dengan keadaan perekonomian yang terjadi
6. Hubungan
secara tidak langsung antara kelebihan uang tunai dimasyarakat dengan
kecenderungan perubahan harga yaitu melalui tingkat bunga.
7. Telah memasukkan unsur spekulasi, disamping
unsur transaksi dan berjaga-jaga.
8. Harapan perubahan harga dimasa mendatang merupakan
factor-faktor penting yang menentukan besarnya permintaan akan uang.
9. Berlaku untuk perekonomian
yang sector keuangannya sudah maju. Pasar modalnya terorganisasi dengan baik.
10. Cocok untuk perekonomian
yang tidak inflantoir.
11. Fungsi permintaan uang adalah fungsi yang tidak
stabil, karena adanya faktor uncertainty
dan expectation.
12. Fungsi
uang selain sebagai medium of exchange, juga sebagai store of value
BAB
III
KESIMPULAN
Kesimpulan teoritis tentang motif spekulasi dari Keynes
adalah: pada waktu tingkat bunga tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat
untuk motif spekulasi sedikit, sedangkan pada waktu tingkat bunga rendah jumlah
uang yang dibutuhkan masyarakat untuk motif spekulasi besar. Berarti tingkat
bunga dan motif memegang uang untuk spekulasi mempunyai hubungan terbalik
DAFTAR
PUSTAKA
Ekonomi Monoter/Boediono,--ed.3,--BPFE : Yogyakarta, 2001
http://sutondoscript.blogspot.com/2011/04/teori-permintaan-uang-teori-klasik.html
eynes.html
0 komentar:
Posting Komentar