TEORI PRODUKSI
Teori
perilaku produsen (Perusahaan) memiliki banyak analog dengan teori perilaku
konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi,
produsen mengalokasikan dananya untuk penggunaan factor produksi atau yang akan
diproses menjadi output.
1. Dimensi
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan)
mengubah berbagai factor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan
hubungannya dengan tingkat produksi, factor produksi dibedakan menjadi factor
produksi tetap (fixed input) dan
factor produksi variable (variable
input).
Factor produksi tetap adalah factor produksi yang
jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak
adanya kegiatan produksi, factor produksi itu harus tetap tersedia.
Jumlah penggunaan factor produksi variable tergantug
pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksinya, makin banyak factor
produksi variable yang digunakan. Begitu juga sebaliknya.
Pengertian factor produksi tetap dan factor produksi
variable terkait erat dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau
mengurangi factor produksi tersebut. Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very
long run) semua factor produksi sifatnya variable. Dalam konteks manajemen
jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan dengan ukuran kronologis,
misalnya ada kualifikasi yang menyatakan bahwa jangka panjang berkisar
antara5-25 tahun. Jangka sangat panjang bila waktunya lebih dari 25 tahun.
Periode jangka pendek adalah periode produksi dimana
perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan
salah satu atau beberapa factor produksi. Periode panjang adalah periode
produksi dimana semua factor produksi menjadi factor produksi variable. Perusahaan
yang jangka pendeknya kurang dari satu tahun seperti, restoran kelas menengah
kebawah yang factor produksi tetapnya adalah rumah dan peralatan masak/makan.
2. Model
Produksi Dengan Satu Macam Faktor Produksi Variabel
Pengertiannya adalah pengertian analisis jangka
pendek, dimana ada factor produksi yang tidak dapat diubah. Hubungan matematis
penggunaan factor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi
produksi, seperti dibawah ini.
Q
= f(K, L) ………………………………………………………….(5.1)
Dimana
: Q =
tingkat output
K = barang modal
L = tenaga kerja / buruh
Dalam model produksi satu macam factor
produksi variable, barang modal dianggap factor produksi tetap. Keputusan
produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
a.
Produksi
Total, Produksi Marginal, dan Produksi Rata-Rata
Produksi total (total
product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total
factor produksi. Produksi marginal (marginal
product) adalah tambahan produksi Karena penambahan penggunaan satu unti
factor produksi. Produksi rata-rata (average
product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit factor produksi.
Produksi Total :
TP = f (K,L) …………………………………………(5.2)
Dimana : TP = produksi total
K = barang modal yang dianggap konstan)
L = tenaga kerja/buruh
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan
pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP
(Persamaan 5.3), maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.
Produksi Marginal
MP = TP =
……………………………………………….(5.3)
Dimana : MP = produksi marginal
Produksi Rata-Rata
AP =
…………………………………………………. (5.4)
Dimana: AP = Produksi Rata-rata
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP
adalah 0 (AP=0). Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat
AP=MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP Maksimum. Contoh kasus usaha
tekstil tradisional yang menggunakan ATBM (alat
tenun bukan mesin).
b.
Tiga
Tahap Produksi
1.
Tahap
I (stage I), sampai pada saat kondisi
AP Maksimum
2.
Tahap
II (stage II), antara AP maksimum
sampai saat MP sama dengan nol
3.
Tahap
III (stage III), saat MP sudah
bernilai < nol (negatif).
Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi
total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga
kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan.
Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam).
Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marginal
maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya
masih positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total
sampai mencapai nilai maksimum (slope kurva
TP daftar sejajar dengan sumbu horizontal
Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi,
karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan
akan mengalami kerugian (slope kurva
TP negative).
c.
Perkembangan
Teknologi
Kemuajuan teknologi dapat membuat tingkat teknologi
semakin meningkat. Jumlah output yang dihasilkan per unit factor peoduksi
semakin besar, dari diagram 5.3 tampak bahwa :
Yang
perlu direnungkan adalah apakah bila nilai AP meningkat berarti efisiensi
meningkat? Bila nilai AP meningkat karena mesinnya semakin modern, belum
berarti efisiensi meningkat. Studi empiris yang dilakukan dua puluh tahun
terakhir ini menunjukkan bahwa ada yang lebih penting dari sekedar
memodernisasi mesin. Yaitu modernisasi sumber daya manusia terutama dengan
mengubah cara berfikir dan sikap hidup. Seorang ekonom senior Paul
Krugman menggunakan konsep ini untuk menjelaskan mengapa Negara-negara
yang di kenal sebagai Macan Asia (Asia
Timur) mengalami krisis ekonomi di akhir dasa warsa ini. Salah satu
jawabannya adalah pertumbuhan ekonomi Asia Timur, seperti halnya Rusia, lebih
disebabkan oleh pertambahan penggunaan factor produksi (barang modal dan tenaga
kerja) tidak ada peningkatan efisien yang signifikan.
3. Model
Produksi Dengan Dua Macam Faktor Produksi Variabel
Dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya
factor produksi tetap. Baik barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat
variable.
a. Isokuan
(Isoquant)
Isokuan adalah kurva yang menggambarkan berbagai
kombinasi penggunaan dua macam factor produksi variable secara efisien dengan
tingkat teknologi tertentu, yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Asumsi-asumsi
Isokuan :
1.
Konveksitas
(convexity)
Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi
penggunaan dua macam factor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap.
L adalah tenaga kerja dan K adalah barang modal (mesin), maka / MRTSIk adalah
berupa unit tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk menambah satu unit mesin,
demi menjaga produksi pada tingkat yang sama. Dasar pertimbangan subtitusi
factor produksi adalah perbandingan rasio produktivitas.
2.
Penurunan
Nilai MRTS (Diminishing Of MRTS)
MRTS konstan bila kedua factor produksi bersifat
subitusi sempurna, seperti pada dagram 5.6. MRTS adalah nol bila kedua factor
produksi mempunyai hubungan propesional tetap (fixed proportion production function).
Seperti
ditunjukkan oleh diagram 5.6
Diagram 5.6.
MRTS Kasus Khusus
(a) (b)
Factor produksi factor
produksi
Subtitusi sempurna proporsional
tetap
3.
Hukum
Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Return)
Pada diagram 5.7. Q60, Q80, Q90 adalah
isokuan-isokuan dengan tingkat produksi masing-masing 60, 80, dan 90 unit.
Diagram 5.7.
Himpunan Isokuan
4.
Daerah
Produksi Yang Ekonomis (Relevance Range of Production)
Pada
saat membahas model produksi atau factor produksi variable, telah disimpulkan
bahwa daerah produksi ekonomis perusahaan adalah daerah tahap II. Prinsip yang sama berlaku untuk
model produksi dua factor produksi. Diagram 5.8
menggambarkan bahwa batas antara titik A dan B adalah batas daerak
produksi yang ekonomis.
Diagram. 5.8
Daerah Produksi
Yang Ekonomis
b. Perubahan
Output karena Perubahan Skala Penggunaan Produksi (Return
of Scale)
1. Skala
Hasil Menaik (Increasing Return of Scale)
Jika penambahan factor produksi sebanyak 1 unit
menyebabkan output meningkat lebih
dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menaik.
2. Skala
Hasil Konstan (Constant Return of Scale)
Jika elipatgandaan factor peoduksi menambah output sebanyak dua kali lipat juga,
fungsi produksi memiliki karakter skala hasil konstan.
3. Skala
Hasil Menurun (Decreasing Return of Scale)
Jika penambahan 1 unit factor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari 1 unit,
fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun.
c. Perkembangan
Teknologi
Seorang ekonom bernama HICKS mengklasifikasikan
kemajuan teknologi berdasarkan pengaruhnya terhadap kombinasi penggunaan factor
produksi. Bila kemajuan teknologi mengakibatkan porsi penggunaan barang modal
menjadi lebih besar disbanding tenaga kerja, disebut teknologi padat modal (capital using atau capital intensive),
sebaliknya jika menyebabkan porsi penggunaan tenaga kerja menjadi lebih besar
disebut teknologi padat karya (labour
using atau labour intensive). Jika tidak mengubah porsi (rasio factor
produksi tetap), disebut teknologi netral (neutral
technology) perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari angka MRTS yang
tercermin dari perubahan sudut kemiringan isokuan.
Teknologi harus melewati tiga tahap sebelum dapat
mempengaruhi efisiensi. Tahap pertama adalah penemuan (Invention). Riset-riset ilmu pengetahuan bertujuan menemukan
teknologi-teknologi baru untuk proses produksi. Tetapi hasil penemuan tidak ada
artinya bila para produsen tidak berani mengaplikasikannya dengan melakukan
inovasi. Umumnya hanya sedikit pengusaha yang berani melakukan inovasi awal.
Tetapi keberhasilan inovasi akan mengundang makin banyak pengusaha yang mau
melakukannya. Terjadilah penyebaran inovasi (spread of inovation) yang menyebabkan tingkat penerimaan terhadap
inovasi (adopting inovation)
mendekati angka 100%.
d. Kurva
Anggaran Produksi (Isocost)
Kurva anggaran produksi adalah kurva yang
menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam factor produksi yang
memerlukan biaya yang sama. Jika harga factor produksi tenaga kerja adalah upah
(w) dan harga factor produksi barang modal adalah sewa (r), maka kurva isocost (I) adalah :
I = rK + wL ……………………………………………… (5.8)
e. Keseimbangan
Produsen
Keseimbangan produsen terjadi ketika kurva I
bersinggungan dengan kurva Q. di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan
kedua factor produksi akan memberikan hasil output
yang maksimum. Keseimbangan dapat berubah karena perubahan kemampuan
anggaran maupun harga factor produksi. Analisis
perubahan keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku
konsumen.
Dalam mencapai keseimbangannya produsen selalu
berdasarkan prinsip efisiensi, yaitu maksimalisasi output atau minimalisasi biaya. Prisip maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah
ditentukan, dicapai output maksimum.
Prinsip manimalisasi biaya menyatakan target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum.
f. Pola
Jalur Ekspansi (Expantion Path)
Tujuan
perusahaan adalah maksimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan itu, dalam jangka
pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan
efisiensinya. Biasanya perusahaan menetapkan target yang akan dicapai setiap
tahunnya, yang harus dicapai dengan biaya minimum. Dalam jangka panjang
perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan
factor produksi.
0 komentar:
Posting Komentar